Jumat, 25 Desember 2009

Tes Mazda 2 di Thailand

Siang pertengahan November lalu, mentari bersinar cerah. Tak ada awan sama sekali di langit Chiang Mai, Thailand. Satu janji dilontarkan Veerapik Sirithavee, instruktur dari Triple, yang memimpin rombongan ASEAN Test Drive for Mazda2. “Kami sudah memilih jalur yang bisa membuat Anda menguji benar kemampuan Mazda2,” kata pria murah senyum itu.

Saya merupakan satu dari 10 wartawan asal Indonesia yang beruntung mendapat kesempatan diundang Mazda ke acara test drive di Chiang Mai satu pekan sebelum peluncuran resminya di Indonesia. Selain kami dari Indonesia, peserta datang dari Malaysia, Filipina, dan tuan rumah Thailand.

Mazda memang punya alasan melakukan persiapan serius menjelang penjualan World Car of the Year 2008 ini di ASEAN. Maklum, sejak Toyota Yaris masuk persaingan kelas hatchback menantang Honda Jazz, belum ada lagi pilihan alternatif yang oke.

Soal eksterior dan interior, saya tak akan bicara banyak karena sudah dibahas sebelumnya (Koran Tempo, 29 November).

Test drive kami diawali dari Hotel Shangri-La (rekan dari Thailand melafalkannya “Changkali-la”). Sebanyak 25 mobil sudah disiapkan Mazda. Saya berpasangan dengan rekan dari Seputar Indonesia dan mendapat Mazda2 tipe R dengan transmisi otomatis 4 percepatan.

Perjalanan awal kami lalui di dalam Kota Chiang Mai, sekitar 700 kilometer di sebelah utara Bangkok. Beberapa kali kami harus melewati jalan padat dan gang sempit. Tapi jelas bukan masalah buat Mazda2, yang memiliki panjang 3.913 milimeter (tipe S 3.903 mm), lebar 1.695 mm, dan tinggi 1.478 mm (tipe S 1.485 mm).

Setelah beristirahat sejenak sembari menikmati es krim, kami melanjutkan perjalanan menuju Boatong Waterfall and Jedsee Foundation Forest Park, yang berjarak sekitar 135 kilometer dari Chiang Mai. “Ikuti saja petunjuk yang ada. Semuanya lengkap,” kata Veerapik Sirithavee lewat Handie-Talkie.

Nah, di rute ini, kami sempat melewati jalan bebas hambatan. “Kesempatan menjajal mesin, nih,” pikir saya soal mesin 1.498 cc dengan tenaga maksimal 103 ps pada 6.000 rpm dan torsi 135 Nm pada 4.000 rpm yang terpasang di Mazda2.

Jika dibandingkan dengan Jazz atau Yaris, tenaga dan torsi yang dimiliki Mazda2 memang lebih rendah. Tapi mesin MZR In-Line 4 Cylinder DOHC 16 Valve ini sangat responsif karena dibumbui teknologi SVT (Sequential Valve Timing) dan ETC (Electronic Throttle Control).

Toh saya tak kehilangan akal. Mobil sedikit diperlambat sehingga jarak kami lumayan jauh dengan mobil di depan. Saat dirasa cukup, barulah Tempo menggeber pedal gas dalam-dalam.

Dapet berapa?” tanya rekan dari Seputar Indonesia soal kecepatan yang Tempo dapatkan. “150 (km/jam),” jawab saya di tengah konsentrasi.

Menurut Ryoichi Kishimoto, Program Manager Mazda2 dari Mazda Motor Corporation, penggunaan beberapa bahan baru membuat bobot kendaraan ini lebih ringan 100 kilogram dibanding sebelumnya. “Ini membantu dalam pengendalian dan berpengaruh pada kecepatan,” katanya.

Soal handling memang menjadi khas produk Mazda lainnya, seperti Mazdz3, Mazda5, Mazda6, CX-7, atau CX-9. Istilahnya antep. Apalagi ketika mendekati Boatong Waterfall, jalanan mulai berkelok dengan tanjakan dan turunan. Tikungan bisa dilahap dengan kecepatan lumayan tinggi. Inilah salah satu kelebihan yang, menurut saya, pantas dibanggakan pada Mazda2.

Setting suspensi MacPherson Strut (depan) dan H Shape Torsion Beam (belakang) cukup pas: tidak keras dan tidak lembek. Meski suara agak kencang terdengar saat melewati jalanan berkontur beton.

Dengan harga yang cukup kompetitif–Rp 175 juta (Mazda2 S Manual), Rp 185 juta (Mazda2 S Automatic), Rp 193 juta (Mazda2 R Manual), dan Rp 200 juta (Mazda2 R Automatic)–Mazda boleh optimistis bisa merebut pasar Indonesia.

Buktinya, hanya dalam empat hari sejak diperkenalkan, PT Mazda Motor Indonesia mengklaim sudah menjual 200 unit. “Ini tanda bahwa New Mazda2 memang ditunggu konsumen Indonesia,” ujar Yoshiya Horigome, Presiden Direktur PT Mazda Motor Indonesia.

(sumber : rajufebrian.wordpress.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar