Selasa, 06 April 2010

Pilihan bagi yang Mau Irit dan Bertenaga

Akan naiknya harga bahan bakar minyak atau BBM pada akhir Mei 2008 lalu membuat pemilik mobil, terutama mobil-mobil pelahap BBM, mulai mengambil ancang-ancang. Pemilik mobil yang sebelumnya menggunakan pertamax plus dan pertamax mulai mengganti bahan bakarnya dengan premium yang harganya jauh lebih murah.

Namun, kalau memutuskan pindah ke premium, kekhawatiran yang muncul adalah mobilnya tidak akan bertenaga. Namun, hal itu tidak perlu dikhawatirkan.

Adalah Jasin dari Provis Auto Sport, lewat konsep tune-up semisport (TSS) yang ditekuninya belasan tahun, menawarkan penghematan BBM dan sekaligus tenaga besar meski memakai premium.

Caranya, memaksimalkan pembakaran di ruang mesin yang menghasilkan peningkatan tenaga dengan penggunaan bahan bakar tetap efisien. Kepala silinder disempurnakan dengan menghaluskan saluran exhaust dan intake, termasuk setel ulang noken as dan katup.

Uji coba

Kompas diajak meninjau bengkelnya yang terletak di kawasan Bintaro. Beberapa mobil Eropa terlihat sedang ditangani montir dari Provis Auto Sport. Tidak banyak yang diceritakan Jasin soal produknya. ”Coba saja Pak Johnny pakai Mercedes- Benz C 180 A/T untuk pulang ke kantor. Biar sopir saya mendampingi,” katanya ramah. Pengalaman yang didapat adalah tenaga terasa responsif meski pedal gas di tekan pelan. Karena hari menjelang malam, lalu lintas padat saat perjalanan dari Bintaro menuju Palmerah tidak memungkinkan Kompas memacu C 180 lebih dari 60 km per jam.

Dua minggu kemudian, Selasa (8/4), Jasin meminta untuk mencoba dua kendaraan lainnya, yaitu Mercedes-Benz E 320 A/T sportline (tahun 1994) dan Avanza G 1.3L (tahun 2004), masing-masing selama satu minggu. Pemilihan bukan tanpa alasan. Pertama, Mercy dipilih karena konsumsi BBM-nya yang lumayan banyak, yaitu 1:6 km (baca 1 liter untuk 6 km) dengan jenis pertamax dan Avanza, terutama pada gejala ndut-ndutan yang menjadi ciri khas produk buatan tahun 2004.

Selama pengetesan, konsumsi BBM pada Mercy yang diisi dengan premium meningkat menjadi rata-rata 1:7,5 km un- tuk pemakaian bervariasi, yaitu pada jam kantor di jalur tol dalam kota dan luar kota di jalur Jagorawi pada hari libur. Kepadatan jalur Tol Dalam Kota dari Pondok Gede ke Slipi yang berjarak 25 km ditempuh rata-rata 2-2,5 jam pada jam berangkat kantor (pagi hari). Meski sangat banyak melakukan stop and go, pedal gas Mercy saat ditekan terasa ringan dan responsif. Bahkan, kecepatan 180 km/jam dapat dicapai dengan mudah di jalur tol antara Kuningan dan Slipi tanpa kehilangan tenaga.

Lain lagi dengan Avanza keluaran April 2004. Penyakit ndut-ndutan yang muncul di RPM rendah (antara 1000-1500) boleh dibilang tidak terasa meski mesin dibebani dengan AC. Pada pemakaian gigi dua, putaran mesin di 1.000-1.200 RPM, mobil berjalan langsam seperti mobil bertransmisi otomatis. Kaki kiri yang biasa menahan pedal setengah kopling agar mobil langsam tidak lagi terjadi. Bahkan, terjadi peningkatan RPM saat pedal gas ditahan sehingga laju mobil lebih meningkat. Saat melalui tanjakan dengan sudut kemiringan 30 derajat, tenaga tidak ngedrop pada penggunaan gigi tiga dengan kecepatan 15-20 km/jam. Kalaupun mau langsung berakselarasi, dengan sedikit menambah tekanan pada pedal gas, mobil pun langsung ngacir. Dari segi pengiritan BBM, pada pemakaian dalam kota terjadi peningkatan antara 15-20 persen.

Yang menarik dari pengalaman menggunakan beberapa mobil di atas adalah pedal gas terasa enteng ditekannya sehingga untuk berakselerasi hanya butuh sedikit ”colekan”.

Hal ini mengakibatkan konsumsi BBM menjadi lebih efisien. Pedal gas Mercy yang awalnya berat, sejak di TSS rasanya menjadi seperti pedal gas mobil Jepang, ringan dan tenaga besar yang ada di mesin berkapasitas 3.200 cc bisa langsung terasakan maksimal.

Kompas pun sempat melihat mobil Toyota Camry 2.4 V (Th.2008) dan Toyota Yaris (Th.2008) sedang di-TSS. Jadi, jika Anda ingin mobilnya irit sekaligus ngacir, silakan datang kepada ahlinya.

(sumber : www.kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar